Teguh Karya lahir dengan nama
Liem Tjoan Hok di Padeglang, Banten pada 22 September 1937. FFI 2015
pun dihelat di kota ini sebagai bentuk totalitas penghargaan kepada almarhum. Steve
Liem, begitu ia dahulu sempat dikenali, seperti kebanyakan seniman sineas tahun 1970-an, Teguh Karya juga mulai berkesenian dari panggung
teater sepanjang tahun 1957-1961 langganan sebagai pemain drama di
panggung-panggung Akademi Teater Nasional Indonesia. Ia bergabung bersama Dewan
Kesenian Jakarta (1968-1972), ketika Gus Dur menjadi ketua DKJ.
foto dari IFC |
Di saat yang bersamaan, Teguh
mendirikan Teater Populer di kediamannya, di jalan Kebon Kacang, Tanah Abang. Di
sinilah banyak seniman kawakan Indonesia dilahirkan. Dari beberapa kenangan
para “anak” Teguh Karya, beliau dikenal sebagai seorang seniman non-stop. Ia
tidak pernah puas pada pencapaiannya. Teguh Karya melakukan banyak cara untuk
melahirkan generasi baru, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, dan Alex Komang
merupakan sedikit di antara aktor-aktor yang “dilahirkannya”. Ajaran-ajaran
Teguh Karya pun masih ditanamkan para anaknya. Siapa yang tidak mengenal
Christine Hakim, dalam “Eat Pray Love” ia beradu akting dengan Julia Roberts
dan menjadi salah satu aktris kenamaan yang diundang menghadiri banyak festival
film internasional.
Teguh Karya juga tak luput dari bencana mati suri film Indonesia. Kondisi ini membuatnya turut meramaikan layar kaca. Beberapa
judul karya sinema elektronik yakni “Pulang” (1987), “Arak-Arakan” (19920, dan “Pakaian
dan Kepalsuan” (1994). “Cinta Pertama”
(1974), “Ranjang Pengantin” (1975), “November 1828”
(1978), “Ibunda”
(1986), “Di Balik Kelambu” (1983), dan “Pacar Ketinggalan Kereta” (1988) memberinya
gelar sutradara terbaik Festival Film Indonesia.
Teguh Karya dikenal bermazhab
realis. Melalui Teater Populer, beliau mengejawantahkan gagasan-gagasan teater
realis di atas panggung, menyambungkan tali idealism yang dibawa Usmar Ismali
dan Asrul Sani. Sebagai orang realis, dalam mendidik para rekan di balik layar,
Teguh Karya menciptakan suasana yang agaknya serius. Berdasarkan cerita
Christine Hakim, beliau selalu meminta para actor yang tidak sedang berakting
untuk tidak bermain-main. Ia meminta mereka untuk terus memperhatikan aktifitas
di atas panggung, agar mereka tidak keluar dari dimensi cerita.


Tokoh ini meninggal di usia 64
tahun di RSAL Mintoharjo pada tanggal 11 Desember 2001, setelah menderita
stroke sejak tahun 1998. Teguh Karya hidup melajang sepanjang hidupnya. Orang-orang
yang mengenal dekat beliau menceritakan kalau Teguh Karya sebenarnya sosok yang
penuh cinta, akan tetapi ada ruang-ruang khusus bagi setiap aspek dalam
hidupnya. Dan pernikahan mungkin berada dalam ruang yang misterius baginya dan bagi orang lain.
0 comments:
Post a Comment