Makassar mendapat Anugerah Adipura 2015. Jangan senang dulu!

Senin, 23 November 2015 merupakan hari yang dinanti-nanti. Hari itu, Anugerah Adipura dijemput di Bandara Sultan Hasanuddin untuk diarak keliling Makassar. Sebegitu pentingnya Adipura ini, Walikota Danny Pomanto dan segenap perangkat pemerintahan kota mempersiapkan kegiatan ini dengan matang, sejak 5 Juli 2015 lalu. Sebagai warga Makassar, jangan senang dulu.

Adipura memang bukti nyata dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penghargaan ini terbagi dalam beberapa bentuk. Yang pertama, disebut Adipura Kencana. Adipura Kencana diberikan kepada kota/ibukota kabupaten yang kinerja pengelolaan lingkungan beyond compliance, artinya kota tersebut melampaui standar penilaian dari KLH. Pengeloaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir), pengendalian pencemaran air dan udara, pengelolaan tanah, perubahan iklim social dan ekonomi, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Di tahun 2015 ini dialamatkan kepada Surabaya, Balikpapan, dan Kendari. Bagi kamu yang pernah berkeliling Surabaya, Balikpapan, dan Kendari tentu merasa bahwa Adipura Kencana tidak salah alamat.

Selanjutnya ada yang disebut Sertifikat Adipura. Bentuk ini diberikan kepada kota/ibukota kabupaten yang mengalami kenaikan nilai Adipura yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peraih kota kategori ini ini ada 69 kota yaitu 1 kota kategori metropolitan, 3 kota kategori kota besar, 18 kota kategori sedang, dan 47 kota kategori kecil. Di Sulawesi Selatan, Sinjai, Jeneponto, dan Patallassang mendapatkan Sertifikat Adipura tahun ini.

Selain kedua bentuk di atas, penghargaan senada Adipura yang diberikan kepada perusahaan dan pemda yang telah menerapkan pengelolaan lingkungan hidup secara menyeluruh dan berkelanjutan disebut Proper Emas. Dua pabrik semen Sulawesi; Tonasa dan Bosowa tidak mendapatkan penghargaan ini. Mungkin bisa dilihat dari jejak kedua perusaahaan ini di wilayah Karst Maros-Pangkep.

Tahun lalu, Makassar gagal mendapatkan 1 dari penghargaan Adipura ini lantaran kondisi sungai, pasar, drainase, dan jalan-jalan protocol yang jorok. Turunnya prestasi kota pun membuat Wapres Jusuf Kalla menegur Walikota DP, “Hei Danny, sudah lama Makassar tidak dapat Adipura? Itu sekitar Masjid Al-Markaz sudah kau bersihkan belum?” kata JK dalam satu kesempatan telecomference (sumber: CNN Indonesia). Dalam kesempatan lain, wawali Dg. Ical menyatakan kekecewaannya atas prestasi buruk ini. Lalu pada 1 November 2014, tugu Adipura di pertigaan Perintis-Abd. Dg. Sirua-Urip Sumoharjo dirubuhkan karena alasan kemacetan yang menjadi-jadi di titik itu. Dan kini, sebagai warga Makassar kita dapat menemukan dengan mudah truk sampah revolusioner “Makassar ta’ Tidak Rantasa’” yang beroperasi siang-malam mengurus limbah kota.

Terasa jelas betapa pemkot Makassar City berusaha keras untuk mendapatkan Adipura tahun ini, dan untungnya, memang berhasil walaupun bukan Adipura Kencana. Namun, benarkah Makassar layak mendapatkan penghargaan ini, jika dilihat dari sudut pandang lingkungan hidup?

Menurut Tuti Hendrawati, dirjen LHK, penataan ruang hijau yaitu tersedianya 30 persen dari luas wilayah. Kemudian perhatian area daerah aliran sungai (DAS) yang harus terjaga. Lalu, perhatian perawatan ruang publik seperti terminal, rumah sakit, dan sekolah untuk mendapatkan penghargaan ini. Berdasarkan pendataan yang dilakukan BLDH Makassar pada 2014 lalu, ruang terbuka hijau kota Makassar masih di bawah 6, 716%. Ruang hijau tersebut tersebar di taman-taman kota, Lapangan Karebosi, Kampus Unhas Tamalanrea dan beberapa wilayah kecil di sekitaran kota. Selebihnya, area-area hijau kota ini telah dirampas pembangunan ruko dan pelebaran jalan.

Untuk urusan drainase, terima kasih sebab pemkot telah merapikan wilayah sekitaran pasar terong. Akan tetapi, kanal-kanal di Karuwisi, Maccini, Rappocini dan sekitarnya masih sekotor sebelumnya. Wilayah-wilayah yang telah menjadi area pemukiman warga miskin kota masih kurang dilirik. Pembersihan wilayah dalam kurun waktu setahun ini masih terpusat pada wilayah-wilayah di sekitaran alun-alun kota. Sementara fasilitas umum seperti terminal Daya atau Malengkeri belumlah terjamah dengan baik. Bahkan baru-baru ini diberitakan untuk mengambil air wudhu, pengunjung Terminal Daya harus membayar sekian rupiah. Pungutan itu pun tidak dibarengi dengan pengelolaan fasilitas yang baik di sana. Bau pesing dan udara pengap masih menjadi masalah besar pengunjung. Persoalan kesehatan, alih-alih merapikan Rumah Sakit yang sudah ada, pemkot malah mengijinkan pembangunan banyak rumah sakit swasta yang membuat RS atau puskesmas semakin terpuruk. Berikut beberapa foto “sisi lain kota Makassar yang sedang tidak ingin diperbincangkan demi Adipura itu”:






Makassar mendapat Anugerah Adipura 2015, jangan senang dulu! Walaupun anugerah ini merupakan bukti keberhasilan kota meningkatan kelayakan lingkungan, tetapi sesungguhnya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.