BACOTAN DI MASA PANDEMI

Betapa aku muak melihat komentar, saran, bahkan makian nitijin terkait kebijakan pemerintah yang diterapkan di masa pandemi. Seolah mereka tahu dan pernah mengalami kondisi krisis yang sama seumur hidupnya. Perlu dicatat, sejak negara ini berdiri, bangsa Indonesia belum pernah mengalami krisis semacam ini. Pandemi COVID19 adalah yang pertama bagi kita, saudara-saudara.


Jangan bandingkan negara ini dengan Spanyol, China, atau negara lain yang pernah menjadi sarang virus mematikan, sehingga kebijakan terkait itu sudah ada. Lebih sistematis lagi, sebab ada di dalam kurikulum dan ditanamkan ke dalam kebiasaan sehari-hari. Indonesia belum punya perundang-undangan sedetail itu. Dan sebab krisis ini dadakan, mana sempat membuat kebijakan yang detail. Ini negara terdiri dari 14.000 pulau dengan puluhan provinsi, ratusan suku bangsa, bahasa, agama... buaaanyak woii...!!

Sebelum kamu berkomentar dan sok-sokan mengarahkan pemerintah, perhatikan dulu kondisi ini:

1. Jumlah penduduk Indonesia ini ada 267.700.000 manusia. Dalam formasi baris-berbaris, bisa dipakai menjajah bangsa lain. Pecah kepala kau untuk hapal nama mereka semua. Tidak mungkin. Ada 68% masuk kategori usia produktif. Ada sekisar 45% dari total penduduk kelas menengah, tidak sampai 1% masuk kategori berak-berak uang, dan sisanya sekisar 54% adalah penduduk miskin.

2. Indonesia memang sangat kaya, tetapi sebagian besar dalam bentuk aset yang perlu diolah dulu. Kita punya tambang emas, nikel, dan mineral berharga lain yang ga bisa langsung jadi komoditas dalam 1x24 jam. Pendapatan negara per 2019 itu ada 2000T, tapi sudah dibagikan dalam bentuk APBD dan pos-pos lainnya untuk kesejahteraan kita semua. Kas negara di sana itu sangat sedikit. Dan kalau kamu mengerti perbankan, jumlah kas di dalam brankas itu tidak sama banyaknya dengan jumlah saldo di dalam komputer.. Buta sistem!

3. Indonesia punya sistem otonomi daerah. Nah, inilah buah simalakama itu. Otonomi daerah mengijinkan setiap daerah memiliki kewenangan tertentu yang bisa bikin clash of the titans. Tidak jarang ada kepala daerah yang tidak tahu berkordinasi dengan pusat. Kebebalan ini sudah menjadi rahasia umum. Okelah pada situasi normal, tetapi di masa pandemi kekompakan adalah kunci. Dan pemimpin semua kepala daerah itu adalah presiden.

4. Keanekaragaman bangsa Indonesia ini didominasi oleh orang Islam. Yang jadi masalah adalah, sebagai mayoritas, kaum ini juga diisi oleh beragam aliran. Buka mata kalian baik-baik, negara ini telah terkontaminasi aliran Islam ekstrimis. Cari itu data tentang ada berapakali tindakan terorisme di negara ini. Ada berapa banyak simpatisan ISIS. Ada berapa banyak organisasi kecil yang tersebar di sekitarmu, yang secara militan mempengaruhi masyarakat untuk beragama secara ekstrim dan mengajak untuk membenci pemerintah (golongan yang tidak sepaham dengan mereka)?

5. Media tidak selalu memberitakan berita yang lugas. Sejak banyak sekali media berbentuk online, banyak beredar berita tidak penting atau dipelintir-pelintir melalui judul clickbait dan kau dengan naifmu mempercayai semua judul itu? Faktanya, kebanyakan pengguna internet malas membaca isi berita, sebagian besar sudah cukup puas dengan membaca judul yang biasanya sepotong-sepotong dan clickbait.

6. Demokrasi telah ternodai. Atas nama kebebasan berpendapat, banyak yang kelewatan hingga menghalalkan makian. Mereka memaki atas nama demokrasi. Demokrasi telah berubah menjadi apologi bagi nafsu verbal. Demokrasi juga telah menciptakan generasi yang tidak pandai mengindahkan perilaku bersosial (apalagi menghormati lingkungan). Ada berapa banyak antrian rapih yang pernah kamu saksikan? Ada berapa banyak orang yang tak merasa bersalah saat terlambat datang meeting?

7. Kebodohan yang tertutupi oleh status sosial. Pernah lihat orang bermobil yang membuang sampah di tengah jalan? Nah, itu contohnya. Orang seperti itu banyak. Segolongan dengan mereka yang memarkir kendaraan sembarangan. Tak heran bila rata-rata kerumunan orang itu disebabkan oleh masyarakat golongan ini. Mereka banyak, ada di mana-mana. Melihat statistik ada 45% golongan kelas menengah ke atas, pastinya mereka punya mobil. artinya apa? ada 45% manusia bodoh di negara ini. Gilaka'.

8. Kamu ga hidup hari ini saja. Kamu meminta lockdown dan sejenisnya karena ingin bertahan hidup, bukan? Pikirkan, kamu punya uang 3 juta rupiah. Lockdown 1 bulan? Apabila tidak ada support system, mau tak mau kamu akan menghemat sedemikian rupa agar masih ada sisa untuk bangkit kembali setelah pandemi selesai. Nah, pemerintah juga seperti itu. Tabungan harus terus ada untuk tetap kuat paska krisis. Negara dan rakyat tidak boleh melarat setelah pandemi. Hari esok akan hadir dan kita harus bisa menyambutnya dengan perencanaan.

Teori-teori yang kalian gaungkan itu sebaiknya keluar setelah memperhatikan kondisi di atas. Kamu ga bisa mengabaikan fakta-fakta di atas. otherwise, bacotanmu ga ada isi.

Dan di sini aku tekankan, kita ga butuh orang kepandaian langitan di masa pandemi. Yang dibutuhkan adalah orang-orang solid, disiplin, welas asih, mau berbagi, toleran, dan paling utama: mau bekerja.

0 comments: