Orang Makassar Masih Kasar


Tahu tidak kalau orang Makassar itu kasar? Kamu pasti akrab dengan berita demonstrasi anarkis, berita pembunuhan, tentang logat orang Makassar yang kasar dan “halal”nya darah seseorang yang membawa lari anak gadis. Iya, semua itu disebarluaskan melalui media-media mainstream.

Orang Makassar juga tertinggal secara pendidikan, pola pikir, dan kecakapan khusus. Masih banyak orang Makassar yang tidak menempuh pendidikan 9 tahun, masih banyak yang tidak kuliah. Rata-rata juga pemikirannya kampungan.
Orang Makassar itu gemar kawin-mawin, di Jakarta para perantau dari Makassar seringkali disebut penjahat kelamin. Katanya orang Makassar mudah menarik perhatian perempuan kemudian meninggalkannya.

Tapi, apa kalian tahu kalau epos terpanjang di dunia berasal dari tanah kami? Apa kalian tahu teknologi transportasi maritim a.k.a kapal Phinisi yang legendaris dan dibuat jauh sebelum kemerdekaan itu adalah penemuan kami? Apa kalian tahu ketika Sriwijaya dan Majapahit berkuasa, di tanah kami telah berdiri kerajaan-kerajaan kuat dan berperadaban yang berhubungan baik dengan orang-orang di benua lain? Apa kalian tahu kalau benar satu fosil manusia tertua di dunia ditemukan di tanah kami? Apa kalian tahu benar satu kebudayaan tertua di dunia masih eksis di tanah kami? Apa kalian tahu raja yang paling keukeuh melawan V.O.C dan tidak mau bekerjasama dengan mereka adalah raja kami? Apa kalian tahu bahwa budaya kami, uang panaik adalah cara kami menyakralkan pernikahan dan meminimalisir tingkat perceraian? Apa kalian tahu kalau badik kami hanya kami gunakan di saat segala upaya damai telah dilakukan tetapi tidak kunjung menemui titik temu? Apa kalian tahu, B.J Habibie sang profesor pesawat terbang adalah bagian dari kami?

Ah, mungkin kalian tidak tahu atau pura-pura tidak tahu agar ada yang pembanding, agar kalian selalu superior di negara ini. Dalam hal budaya, keterampilan, kemampuan, kekuatan, fertilitas, dan martabat, sesungguhnya kami jauh lebih baik daripada kalian. Salah kami saja yang tidak sesumbar dan menyombongkan diri atas apa yang kami miliki. Kami lebih memilih setia kepada budaya kami, siri na pesse. Pesse itu, empati. Rasa kepedulian dan turut merasakan penderitaan makhluk lain yang membuat kami haram berbangga diri. Siri’ adalah harga diri kami, martabat kami. Untuk menjaganya, terlebih dahulu kami harus menghargai makhluk lain, tidak peduli siapa atau apapun mereka.

Salah kami juga, dengan segala kemampuan itu, kami tidak haus kekuasaan. Kami tidak meletakkan harga diri di atas pundi-pundi harta dan tingginya jabatan. Bagi kami, semua itu tidak sebanding dengan siri na pesse kami.

Ketika kalian menuduh dan membangun opini publik tentang karakter kami, jujur saja, kami tidak peduli sebab buat apa mempedulikan kebohongan? Kami berpikir, apapun yang kalian tuduhkan itu, tidak akan mampu menjatuhkan martabat kami di mata Sang Pencipta. 

Apabila kalian mendatangi tanah kami dengan damai, adalah kewajiban kami menyambut kalian dengan senyum ramah, dengan segala fasilitas, makanan, dan minuman yang kami miliki. Haram bagi kami untuk tidak memuliakan tamu, meski tamu itu adalah orang jahat sekalipun. Dan apabila kalian ingin berterima kasih kepada kami, jangan lakukan itu sebab kami tidak mengenal frasa “terima kasih”. Itu karena kami percaya bahwa segala berkah yang kami miliki adalah milik kalian juga, sudah sepantasnya kalian menikmatinya. Kami hanya dititipi keberkahan dari Sang Pencipta dan menjadi kewajiban kami untuk membaginya kepada sesama.

Walau demikian adanya kami, tetaplah benar menurut media bahwa kami adalah orang-orang yang kasar, tak usah kalian pedulikan kata “kassar” yang berarti terbuka; nampak; muncul dan ketiga makna itu sama sekali tidak bersinonim dengan kata “kasar”.

0 comments: