Terima Kasih, Mama Kucing

“Wah… bekal kamu cantik sekali. Kalau cantik begitu, pasti rasanya enak,” kata Nayla, teman sebangku Rika.
“Tentu saja. Ini buatan ibuku. Rasanya eeenaaaaak banget,” timpal Rika lalu memasukkan sepotong tempe goreng ke dalam mulutnya, padahal ia belum selesai mengunyah makanan sebelumnya.
“Bagi dooong… pliis,” kata Nayla. Gadis berkuncir itu menatap Rika penuh harap. Tetapi Rika malah menutup kotak makannya dan pergi.
Rika anak perempuan dengan tubuh yang sangat gendut. Tubuhnya membesar setiap hari karena dia suka sekali makan. Rika jarang membagi makanannya. Karena itu, anak-anak lain tidak senang berteman dengannya. Pada suatu hari, saat istirahat siang, Rika mengajak Nayla dan anak-anak lain untuk makan bersama di taman sekolah. Namun mereka menolak ajakan Rika. Ia pun menikmati sandwich sendirian di bawah pohon.
Saat sedang asyik mengunyah, seekor kucing menghampiri Rika. Kucing itu sangat kurus, tidak seperti tubuhnya yang besar. Kelihatannya, si kucing meminta makanan. Dasar Rika pelit, Ia malah menghabiskan roti itu sendirian. Si kucing tampak kecewa, namun ia masih berada di sisi Rika.
“Pergi, sana! Makananku sudah habis,” kata Rika kepada si kucing. Kucing itu tetap di sana. Ia merapikan duduknya. Seolah-olah si kucing ingin berkata, “Walau begitu, biarkan aku menemanimu di sini. Sepertinya kamu anak kecil yang kesepian.” Rika dan kucing itu pun menghabiskan waktu istirahat siang di bangku taman.
Esok harinya, Rika melakukan hal yang sama. Ia mengajak teman-teman sekelasnya untuk makan siang bersama di taman. Namun mereka menolak ajakan Rika lagi. Rika bertanya-tanya, mengapa teman-temannya tidak mau makan bersamanya. Akhirnya, Rika makan seorang diri lagi di taman.
“Meong….” Seekor kucing bertubuh sangat kurus menghampirinya.“Kamu lagi. Tidak ada makanan untukmu,” kata Rika pada kucing itu. “Meong... meong … meong…” suara bayi kucing ramai bersahutan. Rupanya kucing kurus itu adalah seekor induk. Hari ini ia membawa ketiga anaknya ikut serta.
Rika memperhatikan sepasang tangannya yang besar dan tebal. Lalu ia melihat betapa kecil kepala si induk kucing dibanding kepalan tangannya. Apalagi tubuh ketiga anak kucing itu, jauh lebih kecil.
“Ini… buat kalian. Aku sedang tidak ingin makan,” ujar Rika. Ia menyodorkan kotak makanannya kepada keluarga kucing. Dari kejauhan, tampak teman-teman sekelasnya menggelar tikar di bawah pohon. Kemudian mereka makan siang bersama. Rika menghampiri mereka. Tetapi, tidak satu pun yang mempedulikannya. Ia Rika pun kembali ke bangku taman. Siang itu, Rika tidak makan sama sekali. Ia hanya menonton keluarga kucing menghabiskan bekal makan siang miliknya.
Keesokan harinya lagi, Rika tidak lagi mengajak teman-teman sekelasnya makan siang bersama. Ia takut mereka menolak ajakannya lagi. Setelah bel istirahat berdentang, Rika membawa kotak bekalnya menuju taman. Di sana, keluarga kucing sudah menunggu. Rika membagi makan siangnya sama banyak. Setengah untuk dirinya, setengah untuk keluarga kucing. Mereka pun makan siang bersama.
Begitulah yang dilakukan Rika setiap hari. Ia berbagi makan siang bersama keluarga kucing. Hingga suatu waktu, Rika membanding-bandingkan tangannya dengan kepala si induk kucing. “Kamu semakin gendut, yah. Sekarang kepalamu sama besar dengan kepalan tanganku,” ujar Rika pelan, sambil menonton teman-temannya dari kejauhan.
“Wah… anak kucing yang imut!” seru Nayla dari jauh. Nayla menunjuk anak kucing di dekat Rika. “Yuk, kita ke sana!” seru salah seorang anak. Mereka pun beranjak menghampiri bangku tempat Rika duduk. Tiba-tiba Rika merasa kikuk.
“Anak-anak kucing ini lucu sekali. Mereka bersih dan sehat. Apa mereka kucing-kucingmu?” tanya Nayla kepadanya. “Oh.. ehmm.. bukan. Mereka teman-temanku. Yang ini induknya,” kata Rika sambil mengelus-elus tengkuk si induk kucing.
“Lucunya….,” ujar Nayla sembari meletakkan si induk kucing di pangkuannya. Anak-anak yang lain tak mau kalah. Mereka juga mengambil salah satu anak kucing untuk dielus. Sekeliling Rika mendadak ramai oleh teman-temannya. Rika tidak lagi melihat mereka dari kejauhan. Kini mereka berada di sisinya. Rika merasa bahagia.


Bel pertanda istirahat siang selesai berdentang. Nayla dan anak-anak lainnya berhamburan kembali ke kelas. Mereka berpamitan pada keluarga kucing dan berjanji akan kembali lagi setelah pulang sekolah. Tetapi Rika tidak segera kembali ke kelas. Gadis kecil itu sedang mengelus-elus tengkuk si induk kucing sembari berbisik, “Terima kasih, ya mama kucing.”