Mulanya,
bahasa manusia diinspirasi oleh bebunyian alam. Angin, aliran air, suara tanah
longsor, kicauan burung. Manusia meniru-niru bebunyian alam dan berkomunikasi
menggunakan hasil tiruan itu. Beberapa bunyi memiliki makna yang terlampau luas
untuk diterjemahkan ke dalam kata-kata. Bunyi-bunyi itu pun sangat bergantung
kepada bebunyian lainnya. Kita tidak bisa membahasakan makna yang terlampau
luas. Bebunyian yang tidak ingin dipisahkan dalam makna-makna banal inilah yang
kita kenal dengan sebutan “musik”.
June 13, 2016
June 03, 2016
Erni Manis |
Gadis kecil ini tinggal di desa Bambalamotu, Kab. Mamuju Utara. Disetarakan dengan sekolah dasar biasa, kini ia duduk di bangku kelas 3. Namanya Erni. Ayahnya seorang petani dari suku Da’a dan ibu berdarah Mandar. Erni tampak cukup tertarik pada kamera kami dan tidak menunjukkan tingkah yang canggung. Berkali-kali ia menjadi screen stealer saat saya mewawancarai gurunya tentang sejarah SLBS Bambalamotu yang belum lama dibangun ini. Erni sangat aktif. Ia berlarian berkeliling kelas lalu kembali masuk frame dan tersenyum seperti ini. Menurut gurunya, ia penderita autism yang berbakat di bidang olahraga. Saat kami pamit, Erni mengejar saya dan meminta difoto sekali lagi. Saya melakukannya dengan senang hati. Erni meloncat-loncat kegirangan sebelum kembali bersembunyi di bawah ketiak gurunya.
****
June 01, 2016
Berlama-lama di sini hanya
menyenangkan hati Alma, tapi tidak hatiku. Maksudku, aku senang berada di kota
ini, bersamanya.
Aku senang memberi tumpangan skuter sewaan ini padanya, lalu seperti biasa ia
turun lima puluh meter lewat kuburan tua – tanpa pernah kutahu kenapa ia turun di situ
– setiap hari. Tiap kota hanya kuberi
jatah paling lama tiga bulan. Satu bulan untuk mengenal kota dan kenalan
sana-sini. Satu bulan untuk cari gara-gara, maksudku melakukan apa yang bisa
kulakukan di sana. Sisanya, waktu memikirkan destinasi berikutnya.
Alma tentu senang jika kutunda
kepergianku barang satu atau dua bulan. Dari gerak-geriknya, mungkin dia sedang
jatuh cinta padaku. Ia tak pernah terlambat membawakanku sarapan pagi. Kamar
sewaannya tepat di samping kamarku. Dia senang memasak dan lebih senang jika
masakannya dinikmati sampai habis. Aku satu-satunya orang, katanya, yang selalu
menghabiskan masakannya.