“I prefer DC comics, bro” ini jawabanku untuk
pertanyaan “Lebih suka mana, produksi Marvel atau DC? Wonder Woman dan Catwoman
menjadi dua karakter andalanku sebagai pengukur. Wonder Woman diceritakan
sebagai utusan rakyat Amazon yang benci disebut lemah untuk memburu Ares si
Dewa Perang. Sementara Catwoman secara independen melawan industri kosmetik terkenal.
Kedua karakter ini memainkan peran heroik membela
hak-hak perempuan, mulai dari pelecehan fisik hingga eksploitasi barang-barang
dasar kebutuhan perempuan. Mereka menceritakan dongeng feminisme modern yang
tidak diceritakan dalam buku-buku tentang common feminism yang dijual di toko
buku besar.
Dahulu kala, para pemodal raksasa dunia memainkan
‘titah agama’ untuk mengekspansi wilayah-wilayah yang dianggap tertinggal untuk
menjadi lumbung-lumbung padi mereka. Laki-laki, perempuan, anak-anak dipaksa bekerja
tidak kenal istirahat untuk jayanya bendera-bendera tertentu. Karena jaman
terus berkembang, yang neo-neo pun muncul. Peradaban neo mengarang dongeng
feminisme berpesan moral: perempuan tidak lemah, hak kerja perempuan dan
laki-laki sama, status sosial kedua gender sama, dan kalimat-kalimat persuasif
lain yang menggoda perempuan untuk menggeser lemari sendiri dan beralasan untuk
tidak menyusui anaknya.
Masa sebelum neo, kapitalis memberi racun pada
pemimpin sebuah wilayah, di masa neo, kapitalis mulai menjaring umat. Saya
setuju pada Heath and Potter bahwa radikalisme itu menjual. Perempuan-perempuan
yang menganggap radikal itu keren, mulai berkumpul dan membentuk komunitas,
berharap dengan itu dapat membela hak-hak perempuan di pedalaman Sulawesi bahwa
tugas perempuan memanggul tandang pisang itu keliru. Harusnya wanita-wanita di
sana yang memotong tandang dari pohonnya, karena perempuan juga kuat, karena
aksi “memotong” menandakan kesetaraan gender. Padahal, menurut Iwan Sumantri,
memanggul tandang pisang ke rumah justru telah mendekatkan perempuan pada
hak-haknya. Tandang pisang dipanggul ke rumah, kemudian dikelola untuk dimakan
atau dijual bagi keluarganya. Fakta ini malah menunjukkan hidup laki-laki di
desa tersebut berada di bawah kendali perempuan, sebab mereka tidak memiliki
hak untuk mengelola dan menjual si tandang pisang.
Pada cerita ihwal munculnya Wonder Woman, sebelum
membunuh Ares, ia membunuh kekasihnya dahulu, Persephone si penghianat Amazon.
Di ujung nyawanya, Persephone berkata, “Aku berpindah ke pihak Ares karena aku
perempuan, aku jatuh cinta dan ingin memiliki anak dengannya,” pada masa itu,
perempuan-perempuan Amazon percaya bahwa semua laki-laki itu berengsek, mereka
menghindari hubungan seksual dengan laki-laki bahkan sang Ratu meminta anak
kepada Zeus dengan memberi nyawa pada sebongkah patung pasir pantai. Persephone
berpendapat bahwa feminis yang dianut Amazone itu keliru, mereka percaya
dongeng dari langit Yunani.
Persephone mewakili bentuk feminisme yang
sebenarnya, yakni sebuah ilham natural yang datang bagi manusia, sebagai ibu,
perawat rumah tangga, penyeimbang dunia. Hasrat menjadi sejajar-sama kuat
dengan laki-laki sebenarnya tidak begitu benar. Ada distorsi dalam dongeng ini,
sebuah paradoks. A tidak sama dengan A, B tidak sama dengan B. Hasilnya, sebuah
chaos.
Sebelum menganalisis dongeng feminisme, ada dongeng
pengantar ternyata. Sebuah fondasi untuk membangun feminisme, dongeng gender.
Dongeng ini diciptakan untuk membuat sekat-sekat antar pemilik jenis kelamin.
Dongeng ini merusak definisi manusia. Perbedaan antar penis dan vagina
dijadikan sebagai hubungan rival bukan sebagai hubungan saling melengkapi.
Usaha menyamakan akan muncul jika sudah ada perbedaan, bukan?
Perempuan atau laki-laki, sejatinya sama saja. Keduanya
hidup di atas bumi, di bawah langit sebagai manusia. Diciptakan
berpasang-pasangan, Penis dan vagina. Vagina dan penis. Penis dan vagina
diciptakan jadi satu. Sementara dongeng-dongeng penyekat itu biarlah dongeng
semata, fiktif, buatan belaka. Meyakini dongeng ini bisa jadi melahirkan
dongeng baru yang membangkitkan semangat maskulinitas yang ganjil. Saya tidak
bisa membayangkan jika kelak penis ilfil pada vagina. (oleh Little Nymph)