Duduk manis, ya.
Aku akan menuliskan refleksi atas kejadian-kejadian yang aku alami selama satu tahun terakhir. Kejadian yang boleh jadi menebalkan karat dalam dadamu atau justru meluruhkannya. 

Namun sebelum aku memulainya, aku ingin kamu memikirkan angka 1. Pada deret awal Fibonacci Sequence, ada angka 0 dan 1. Pilihlah angka 1 tanpa mengabaikan angka 0 sebelumnya. Dalam matematika dasar, jika kamu mengalikan angka berapapun dengan 1 maka hasılnya sesuai dengan angka tersebut. Tetapi jika kamu mengalikan angka berapapun dengan 0, maka hasılnya akan 0 atau sama dengan menjadi tiada. Sudah pahamkah? Baik, mari mendengarkan kisahku sembari memikirkan angka 1.
KOPER AYAH SAYA
(Pidato Nobel Sastra oleh Orhan Pamuk, Turki)
Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Tia Setiadi


Dua tahun sebelum kematiannya, ayah saya memberikan kepada saya sebuah koper kecil yang sarat dengan tulisan-tulisan, manuskrip-manuskrip, dan catatan-catatannya. Dengan separuh bercanda dan separuh mencemooh, dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin saya membacanya setelah dia “pergi”, yang artinya setelah dia wafat.
“Coba kau lihat-lihat saja,” katanya, dengan sedikit malu-malu. “Kalau-kalau ada sesuatu di dalamnya yang bisa kau gunakan. Barangkali setelah aku ‘pergi’ kau bisa menyeleksi dan mempublikasikannya.”