Anjiiir.....
Lagu yang mengatakan bahwa wanita adalah racun dunia itu adalah lagu sampah. Seenaknya menuduh racun dunia adalah perempuan. Penciptanya, penyanyinya, yang mempopulerkan adalah laki-laki, justru merekalah racunnya.
Semakin ke sini, semakin saya melihat bahwa dunia ini menempatkan perempuan dalam posisi yang sangat menyedihkan: terkhusus dalam urusan menjadi pasangan hidup. Okay, mari kita lihat satu contoh kasus yang terjadi di sekitar anda.
Ada dua perempuan. Satunya mandiri, pekerja keras, berpendidikan tinggi, tidak manja, tidak pernah berdandan berlebihan, memiliki banyak sahabat pria. Saat bertutur, dia tak pernah berpura-pura manis, tidak suka bilang tidak suka. Jika suka, dia akan memuji. Dia tidak pernah meminta dibelikan ini-itu. Dia tidak meminta diantar-jemput. Dia tidak berhijab, tetapi bertuhan. Dia tidak mencuri, hanya merokok.
Perempuan kedua. Dia berasal dari keluarga kaya, berhijab, tutur katanya lembut tetapi sering berpura-pura mengenai perasaannya sendiri. Dia bekerja, namun masih tetap dibiayai orang tua. Dia tidak merokok. Dia berhijab. Dia tidak bergaul dengan sembarang orang. Senang diantar-jemput.
Manakah yang lebih baik menurut pria kebanyakan? Perempuan kedua.
Tetapi, jika seorang pria berpacaran dengan perempuan kedua dan didatangi oleh perempuan pertama, apakah pria tersebut akan berselingkuh dengan perempuan yang pertama. Iya. Mengapa? Sebab perempuan yang pertama itu berkarakter dan memiliki hidup yang menyenangkan. Memilikinya seperti sebuah hadiah tanpa memenangkan perlombaan. Perempuan tipe pertama memiliki pembawaan yang santai dan dapat menerima orang lain apa adanya bahkan cenderung rapuh dan mudah mencintai.
Setelah pria itu puas dengan perempuan pertama, dia akan kembali ke perempuan kedua dan menikahinya. Melupakan si perempuan pertama, hidup berbahagia.
SAMPAI DI SINI, APAKAH SAYA SALAH JIKA MENGATAKAN PEREMPUAN DILETAKKAN PADA POSISI YANG MENYEDIHKAN?
Baiklah kalau anda belum mengerti. Perempuan kedua bukannya tidak ingin seperti perempuan pertama, dia ingin tetapi dia takut tidak diterima oleh lingkungan. Contoh, ketika dia melepas hijabnya, apakah yang akan dikatakan masyarakat kepadanya? Dia tidak berani mengambil resiko menjadi bebas dan menjalani kehidupannya sesuai keinginannya sebab takut tidak mendapatkan tempat di mata sosial yang senantiasa menginginkan "perempuan baik-baik". Apa yang dirasakannya? Jiwa yang kosong dan takut, selalu dihantui perasaan-perasaan bersalah, takut dikucilkan, dan takut-takut lainnya. Akibatnya dia berakhir dengan lelaki munafik.
Singkatnya, ketika perempuan mengenali dirinya dan menjadi dirinya sendiri maka sosial menempatkannya sebagai karakter yang buruk. Sementara ketika perempuan mampu berpura-pura menjadi apa yang diinginkan masyarakat, maka dia dapat diterima. Berarti, bagi perempuan, masyarakat adalah cerminan yang selalu menuntun perempuan menjadi palsu.
Apa yang baik dari menjadi palsu?
Tidak ada.
Mengapa society demikian kejam kepada perempuan?
Sebab society bersifat pejantan. Pejantan ingin menjadi penguasa, terbaik, dan ter-ter lainnya, jauh di atas perempuan. Yang konyol sebenarnya, perempuan tidak sekalipun hendak menjadi pejantan. Tanpa begitu, perempuan dapat melakukan segalanya. Mereka hanya enggan berkompetisi. Secara natural perempuan ditakdirkan untuk menyayangi, berbagi, bukan menguasai. Maka ketika pejantan aktif, perempuan menjadi pasif. Begitulah, kaum perempuan melakukan pembiaran-pembiaran kepada society untuk menginjak-injaknya lebih jauh.
Ini bukan seruan feminism, saya sendiri tidak berada dalam mazhab itu. Pemahaman saya sederhana, di atas bumi yang kerdil ini, semua makhluk hidup itu setara dalam hal apapun. Sebab itu, kata tuhan, antara semua makhluk hidup, dianjurkan untuk saling menerima dan mendukung dalam kondisi apapun. Tidak ada yang dibilang lebih baik dari yang lainnya. Semua sama.
tak percaya?
kalau kau mati, mayatmu jadi apa? berbaur kembali dengan tanah. Tanah adanya di mana? di bawah, diinjak oleh manusia-manusia yang tak lama lagi jadi mayat juga.
Sekian kekesalan saya malam ini. Lain kali saya lanjutkan dengan kekesalan lainnya.
Kepadamu yang asu, semoga tinggi dagumu membawamu terbang ke planet lain.
0 comments:
Post a Comment