Seakan dahulu, seorang saman berhasil membuka mata ketigaku: untuk melihat hal-hal buruk di dunia ini. Pada ritual kedua, dukun itu menutup bagian dari jiwaku yang mampu merasakan kebahagian di dunia ini. Kini aku hanya mampu melihat keburukan-keburukan dan bersedih terhadapnya.
Sebagai seorang prajurit yang dibaiat di puncak bukit kharismatik, ada perang yang tak perlu aku ladeni. Yaitu perang melawan sekelompok manusia lemah dan dungu. Tentu saja tak adil melawan mereka, sebab saya memiliki tingkat pemikiran yang lebih baik dan kekuatan yang jauh lebih besar. Lalu prajurit sepertiku hanya dapat menunjukkan rasa kasihan.
Dengan perasaan itu, aku melangkah pergi, menuju tanah baru dengan segala kejutannya. Ya, prajurit pengembara. Menggunakan mata batinnya untuk melihat kepedihan, menyerapnya, membantu orang-orang baik dan berpikiran tinggi yang sedang berusaha mengobati luka-luka dunia. Perang yang melibatkan mereka akan menjadi tempatku berada.