![]() |
ilustrasi milik Puung |
Kepada
hati yang menabahkan tubuhmu, kukirimkan degup kencang hasil berlari
sesanggupku mengelilingi lapangan yang dahulu menjarakkan pandangan kita. Saat kuhadapi
sore tadi, kurasakan waktu silam memanjangkan tangannya memberiku semangat,
mengajarkanku kembali arti mengejar mimpi-mimpi
Kepada
sepasang mata yang tak kunjung habis asa menembus ke depan, kunyalakan lilin
doa-doa dari tempatku menandaskan dua gelas kopi hitam di sini. Walau kuhabiskan
sendiri, sepasang mata itu melihat niatku membuatnya bukan untuk diriku
sendiri. beri kesempatan pada jeda-jeda yang manis dengan sendirinya itu –
membuat isi cangkir-cangkir membentuk semesta ketenangan
Kepada
strategi yang berhamburan di dalam kepalamu, aku berharap ada sihir yang
menjadikannya cawan putik sari di mana kelak aku menjelma tinkerbell penebar
dalam tanah-tanah subur yang dipinjamkan tuhan. Kamu tahu, pikirmu mendapatkan
hutan tak tumbuh dalam sehari.
Kepada
kita, mari bersabar. Lautan, arah angin, garis imajinier, dan jadwal
penerbangan yang sering dikacaukan awan itu, kelak merupakan kendaraan untuk
melihat alam yang lebih luas, alam yang membijakkan kita.